top of page
DSC03860_edited.jpg

By Carolina Noge

Building A Legacy

Home: Welcome
Home: Blog2
Search

Toleransi

  • Writer: Carolina Noge
    Carolina Noge
  • Jul 5, 2019
  • 2 min read

Updated: Jun 23


ree

Salah satu faktor yang membuat manusia berkumpul atau tidak berkumpul adalah kesepahaman mereka akan situasi, kondisi, maupun peristiwa-peristiwa. Hidup dijalani bersama orang-orang yang sepaham akan di mana ruang dan kapan waktu untuk serius, untuk canda, untuk tawa, dan bahkan air mata. Ketidaksepahaman dapat menimbulkan konflik.


Ketika dua atau lebih orang-orang berkumpul, pasti akan timbul interaksi di antara mereka. Dan mereka berkumpul karena adanya kesepahaman akan sesuatu. Interaksi menimbulkan ekspresi, entah tawa, sedih, marah, bingung, dan ekspresi-ekspresi lainya.


Tentu tidak selamanya reaksi kamu sama dengan orang-orang di sekitarmu. Yang menurutmu serius, ternyata hanya seperti canda untuk temanmu. Yang menurutmu biasa saja, ternyata mengkhawatirkan untuk orang tuamu. Yang menurutmu lucu, ternyata membuat marah rekan kerjamu. Namun, tidak selamanya kontra-ekspresi ini menjadi hambatan kita bersosialisasi. Hidup seperti itu hanya membuat sakit hati. Kita harus mampu bertoleransi. Ketika temanmu menjadi bahan canda dan sekelilingmu menertawakannya -termasuk temanmu sendiri- padahal menurutmu keterlaluan dan kamu iba, ya kamu pasti ikut tertawalah.


Hidup patutnya dinikmati bersama orang-orang dengan nilai yang sama; yang saling memahami kapan serius, kapan bercanda, kapan marah, kapan bersedih; bersama-sama. Jika sesuatu lucu buat temanmu padahal kamu tidak suka, toleransi lah. Jika sesuatu buat temanmu marah padahal menurutmu begitu menggelikan, toleransi lah.


Buatku di zaman ini, senyum dan tawa sesungguhnya langka dan berharga. Jika sekelilingku bahagia, aku senantiasa ikut merayakannya. Memilih untuk marah begitu mudah. Menjadi sensitif dan serius dan merasa sakit hati dapat dilakukan kapan saja. Maka jika aku tertawa, tapi ada yang marah karena hal itu, mungkin itu dapat menjadi alasannya supaya berpikir lebih jauh; jauh dariku. Jika keseriusanku dijadikan canda untuk tawa orang lain, aku bersyukur terlebih dulu karena setidaknya aku bisa menjadi alasan senyum dan tawa seseorang, dan mungkin lalu akan mempertimbangkan ulang hubunganku dengannya.


Sederhana saja.

 
 
 

Comments


©2019 by MCTN. Proudly created with Wix.com

bottom of page